Pertanyaan itu mungkin pernah terlintas di benak masyarakat. Pasalnya, monumen Buddha terbesar di dunia yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ini dibangun tanpa menggunakan mortar (semen+pasir+air) untuk merekatkan setiap bebatuannya. Lagipula, pabrik semen pertama di Indonesia baru berdiri pada 18 Maret 1910 silam.
Bukan hanya Candi Borobudur dan Candi Prambanan saja yang berada di Jawa Tengah, ada pula Candi Cetho yang tak kalah mengagumkan. Candi Cetho bercorak agama Hindu, merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Memiliki keunikannya tersendiri, mulai dari candi tertinggi hingga basecamp pendakian Gunung Lawu.
Jika jeli menyusuri bangunanan ini, maka pengunjung akan menemukan panel-panel yang ditimbun tanah. Letaknya dibagian paling bawah candi atau tepatnya pada bagian fondasi yang tersembunyi. Relief ini bernama Kamadhatu yang terdiri dari 160 relief adegan Sutra Karmawibhangga atau hukum sebab-akibat.
Gaya mandala pada Candi Borobudur mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha, sementara tingkatannya menggambarkan kosmologi Buddha, tentang hubungan ruang dan waktu dan alam semesta. Baca juga: Agar Tak Salah Paham Soal HTM Candi Borobudur: Tiket Masuk Masih Rp 50.000, Tiket Naik ke Stupa Rp 750.000
Banyak teori sejarah Candi Borobudur yang memberikan pendapat berbeda. Ada yang mengatakan bahwa ‘Borobudur’ terdiri dari 2 kombinasi kata yaitu ‘bara’ dan ‘beduhur’. Adapun makna dari ‘bara’ adalah biara atau candi yang diambil dari bahasa Sansekerta. Sedangkan kata ‘beduhur’ memiliki arti tinggi. Berdasarkan gabungan kata
ymetpl.
rahasia ruang bawah tanah candi borobudur